Laman

PROPOSAL PENERAPAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SPLDV DI KELAS VIII SMPN 1 TAPAKTUAN

Jumat, 04 Desember 2015


PENERAPAN MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SPLDV DI KELAS VIII SMPN 1 TAPAKTUAN TAHUN 2015

PROPOSAL

Oleh:

AL SHELLA ITAMI AFUN
Mahasiswa Fakultas Tarbiyah dan keguruan
Prodi Pendidikan Matematika
NIM: 261324591


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY
DARUSSALAM - BANDA ACEH
1437 H / 2016 M



KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan taufiq dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Proposal yang berjudul “Penerapan Model PBL (PROBLEM BASED LEARNING)  untuk meningkatkan Hasil belajar siswa pada  materi SPLDV di kelas VIII SMPN 1 Tapaktuan  dalam rangka melengkapi tugas-tugas untuk Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Matematika.
Dalam membuat proposal ini penulis banyak memperoleh bantuan dan bimbingan yang sangat bermanfaat dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1.      Bapak Zainal Abidin selaku pembimbing Mata Kuliah Penelitian Pendidikan Matematika.
2.      Bu Nailul Autari selaku asisten dari Mata Kuliah penelitian Pendidikan Matematika.
3.      Semua teman-teman seperjuangan atas hari-hari yang telah dilalui bersama, yang banyak memberikan motivasi kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan pada masa yang akan datang.
Akhirnya, penulis mengharapkan semoga Allah SWT memberikan balasan atas segala kebaikan yang Bapak/Ibu berikan sehingga penulis dapat menyelesaiakan Proposal ini. Amin ya Rabbal ‘Alamin.                                



Darussalam, 27 Januari 2016


Penulis




DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................... i
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................   1
A.  Latar Belakang Masalah.............................................................................. 1
B.  Rumusan Masalah........................................................................................ 3
C.  Tujauan Penelitian....................................................................................... 4
D.  Manfaat Penelitian....................................................................................... 5
E.   Hipotesis Penelitian..................................................................................... 5
F.   Definisi Operasional.................................................................................... 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA..............................................................................   8
A.  Model Problem Based learning ( Pembelajaran Berbasis  Masalah )........... 9
B.  Langkah-langkah Pembelajaran Berbasis Masalah...................................... 11
C.  Kelebihan dan kelemahan  Pembelajaran Berbasis masalah........................ 13
D.  Hasil Belajar Siswa...................................................................................... 15
E.   Meningkatkan Hasil Belajar Siswa.............................................................. 16
F.   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar........................................ 16
G.  Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel............................................ 17
BAB III METODE PENELITIAN......................................................................   26
A.  Rancangan Penelitian..................................................................................  26
B.  Populasi dan Sampel.................................................................................... 27
C.  Instrumen Penelitian.................................................................................... 28
D.  Teknik Pengumpulan Data.......................................................................... 29
E.   Teknik Analilisis Data................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................   35






BAB I
PENDAHULUAN


A.    Latar Belakang Masalah
Al-qur’an telah menjelaskan didalam surat Al-mujadalah ayat 11 yaitu: “Hai orang-orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu : “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untuk mu. Dan apabila dikatakan : “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara mu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS. Al-Mujadalah:11).[1]
Proses mendapatkan ilmu atau bisa dikatakan proses belajar mengajar yang ditetapkan di dalam Islam merupakan upaya yang diperintahkan dalam agama yang bertujuan untuk meningkatkan derajat manusia sesuai dengan ketinggian derajat kemuliaan ilmu itu sendiri.
Belajar matematika sangatlah erat kaitannya dengan Islam karena matematika merupakan suatu ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuan berkaitan erat dengan Islam. Bahkan Islam dengan ilmu pengetahuan merupakan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan. Fakta yang terlihat didalam pendidikan bahwa pelajaran matematika merupakan pelajaran yang diajarkan dari tingkat sekolah dasar hingga ke perguruan tinggi. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya pelajaran tersebut. Selain itu ilmu matematika juga merupakan suatu ilmu yang efisien dan diperlukan oleh semua ilmu lain karena matematika sangat besar manfaatnya untuk menunjang pelajaran lain.
Proses belajar matematika, dapat diartikan secara umum peserta didik mengalami kesulitan dalam  belajar matematika. Pelajaran matematika diharapkan dapat diajarkan oleh guru dengan cara penyampaian  yang tepat sejak dini, karena matematika di anggap suatu yang abstrak dan sangat sukar, itu disebabkan oleh  guru mengajar dengan menggunakan metode konvensional  sekedar ceramah, menjelaskan materi didepan kelas dan memberi pertanyaan kepada siswa yang sudah biasa menjawab, sehingga pembelajaran cenderung didominasi oleh guru dan beberapa siswa saja.
 Pelajaran matematika memiliki soal-soal yang bervariasi, diantaranya permasalahan-permasalahan yang berbentuk soal-soal cerita. Soal cerita pada umumnya mengangkat tentang permasalahan dalam kehidupan sehari-hari khususnya pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel  (SPLDV). Sering kali soal-soal ini membuat sebagian peserta didik kesulitan untuk menemukan penyelesaian. Pada umumnya peserta didik sulit menerjemahkan soal cerita tersebut ke dalam kalimat matematika. Oleh sebab itu, peserta didik tidak bisa menyelesaikan permasalahan dalam soal-soal cerita.
 Hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi kesulitan peserta didik, sangat dibutuhkan proses pembelajaran yang berlangsung dengan baik. Pakar pendidikan melakukan berbagai langkah dalam menyusun strategi dan model pembelaajaran untuk meningkatkan minat peserta didik dalam proses pembelajaran, sehingga mutu pendidikan dapat ditingkatkan.
Model pembelajaran yang bisa meningkatkan aktivitas berfikir peserta didik adalah problem Based learning (PBL). Problem Based learning  merupakan sebuah model pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata ke suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis, keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan konsep yang esensial dari materi pelajaran. Model Problem Based learning (PBL) mengharuskan peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan soal.[2]  Dengan model PBL  diharapkan peserta didik mendapatkan lebih banyak kecakapan dari pengetahuan yang diterima. Mulai dari kecakapan memecahkan masalah, kecakapan berpikir kritis, kecakapan bekerja dalam kelompok, kecakapan interpersonal dan komunikasi, serta kecakapan pencarian dan pengolahan informasi. Dengan begitu siswa akan mudah menyelesaikan permasalahan yang ada dan membuat siswa lebih aktif karena mengunakan pendekatan yang sistematis .
Model pembelajaran berbasis masalah memiliki langkah-langkahnya yaitu, pertama siswa menentukan masalah, kedua siswa menganalisis masalah, ketiga pertemuan dan laporan, keempat penyajian solusi dan kelima kesimpulan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun  rumusan masalah menurut penulis kemukakan dari latar belakang yaitu sebagai berikut :
1.      Bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pokok bahasan SPLDV di kelas VII SMPN 1 Tapaktuan?
2.      Bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan model  Problem Based Learning dalam pokok bahasan SPLDV di kelas VII SMPN 1 Tapaktuan?

C.    Tujuan Penelitian
sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai penelitian ini antara lain :
1.      Untuk mengetahui bagaimanakah minat belajar siswa dengan penerapan model pembelajaran Problem Based Learning dalam pokok bahasan SPLDV di kelas VII SMPN 1 Tapaktuan.
2.      Untuk mengetahui bagaimanakah hasil belajar matematika dengan penerapan model pembelajaran  Problem Based Learning dalam pokok bahasan SPLDV di kelas VII SMPN 1 Tapaktuan.


D.    Manfaat  Penelitian
Ada beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah :
1.      Bagi guru dapat memberikan alternatif berupa model pembelajaran, khususnya bagi guru matematika daam meningkatkan mutu pendidikan yang baik dimasa yang akan datang
2.      Bagi siswa, bisa mendapatkan pengalaman baru karena melalui pembelajaran Problem Based Learning siswa harus mencari cara untuk menyelesaikan permasalahan yang diberikan sehingga siswa dapat meningkatkan kemampuan berfikir kritis ketika menyelesaikan masalah
3.      Bagi sekolah, pembelajaran ini menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar dalam menciptakan situasi belajar yang kondusif di lingkungan sekolah dan meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar.
4.      Bagi penulis, berguna untuk menambah pengetahuan dan pengalaman keterampilan mengenai model pembelajaran.

E.     Hipotesis
H0 : Tidak ada pengaruh terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Tapaktuan yang diajarkan dengan mengunakan model Problem Based Learning dengan hasil belajar yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
H1 : Ada pengaruh hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Tapaktuan yang diajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning lebih baik dari pada hasil belajar yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.

F.     Definisi Operasional
Sebelum penulis membahas lebih lanjut ada baik nya penulis menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan istilah yang terdapat dalam judul skripsi. Yang bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam mencerna judul tersebut.
1.      Model Penerapan Problem Based learning (PBL)
Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, baik itu dindividual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
2.      Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri  siswa dari ilmu yang telah dipelajari baik itu berupa nilai maupun berupa ilmu pengetahuan yang melekat pada diri siswa. perubahan ini tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentu kecakapan, kebiasaan, pengertian, penghargaan sikap, penguasan diri dalam pribadi yang belajar.
3.      Meningkatkan Hasil Belajar
Meningkatkan hasil belajar adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik setelah proses pembelajaran dengan menggunakan Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

4.      Materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV)
Bentuk umum dari Sistem Persamaan Linier Dua Variabel (SPLDV) adalah :

Dalam hal ini variabelnya adalah x dan y. Nilai x dan y yang memenuhi kedua persamaan itu disebut penyelesaian sistem persamaan. Penyelesaian dari sistem pernyelesaian dari sistem persamaan ini dapat dipsseroleh  dengan cara yaitu: eliminasi, subtitusi, dan grafik.[3]




BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A.    Model Problem Based Learning  (Pembelajaran Berbasis Masalah)
Menurut Trianto, Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan pengetahuan baru. Pembelajaran berbasis masalah merupakan pendekatan yang efektif untuk pembelajaran proses berfikir tingkat tinggi. Pembelajaran dengan model ini membantu siswa untuk memproses informasi yang sudah jadi dalam benak nya dan menyusun pengetahuan mereka sendiri tentang materi yang dipelajari.[4] Menurut H. Abuddin Nata, “Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model yang berpusat pada siswa dengan menghadapkan siswa pada berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Permasalahan itu dapat diajukan dari guru kepada siswa, dari siswa dan guru, atau dari siswa sendiri, yang kemudian dijadikan pembahasan dan dicari pemecahannya sebagai kegiatan-kegiatan belajar siswa”.[5] Menurut Tanwey Gerson Ratumanan, “Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah suatu model pembelajaran yang mengajak siswa untuk berkelompok dan mengembangkan pengetahuan, penelaran, berfikir kritis, serta memperoleh pengalaman dalam diskusi kelompok. Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terdiri dari 5 tahap yaitu (1) Orientasi siswa pada maslah yaitu menjelaskan tujuanpembelajaran dan hal-hal penting (2) Mengorganisasikan siswa dalam belajar, maksudnya membantu siswa mengkoordinasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan masalah (3) Memberi bantuan dalam penyelidikan secara mandiri atau bersama kelompok, yaitu membantu siswa dalam mengumpulkan informasi yang diperlukan (4) Mengembangkan dan menyediakan alat-alat, membantu siswa dalam perencanaan (5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah”.[6] Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) adalah model pembelajaran yang titik awal pembelajaran berdasarkan masalah dalam kehidupan nyata, baik itu dindividual maupun kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
Karakteristik model Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
1.      Pengajuan pernyataan atau masalah. Problem Based Learning (PBL) dimulai dengan pengajuan pernyataan atau masalah. Masalah yang diajukan harus memiliki syarat sebagai berikut:
a.       Autentik, yaitu masalah yang berkaitan dengan dunia nyata.
b.      Jelas, yaitu masalah dirumuskan dengan jelas, dalam arti tidak menimbulkan masalah baru bagi siswa yang pada akhirnya menyulitkan penyelesaian siswa.
c.       Mudah dipahami, yaitu masalah yang diberikan hendaknya mudah dipahami siswa.
d.      Luas dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu, masalah tersebut mencakup seluruh materi pelajaran yang akan diajarkan sesuai dengan waktu, ruang dan sumber yang tersedia. Selain itu, masalah yang telah disusun tersebut harus didasarkan pada tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
e.       Bermanfaat, yaitu masalah yang disusun dan dirumuskan haruslah bermanfaat, baik bagi siswa sebagai pemecahan masalah maupun guru sebagai pembuat masalah. Masalah yang bermanfaat adalah masalah yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan memecahkan masalah siswa serta membangkitkan motivasi belajar siswa.
2.      Berfokus pada keterkaitan antara disiplin ilmu. Meskipun Problem Based Learning (PBL) berpusat pada mata pelajaran tertentu, masalah yang dipilih benar-benar nyata agar dalam pemecahannya, siswa meninjau masalah itu dari banyak mata pelajaran.
3.      Penyelidikan autentik. Model Problem Based Learning (PBL) menghendaki siswa untuk melakukan penyelidikan autentik untuk mencari penyelesaian nyata terhadap masalah nyata.
4.      Menghasilkan prodek/karya dan memamerkannya. Problem Based Learning (PBL) menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata yang mewakili bentuk penyelesaian masalah berdasarkan penemuannya. Bentuk tersebut dapat berupa laporan, model fisik, vidio, maupun program komputer. Karya nyata itu kemudian didemonstrasikan kepada teman-teman lainya.
5.      Kolaboratif (kerjasama). Model Problem Based Learning (PBL) menuntut siswa untuk bekerjasama, paling sering secara berpasangan atau dalam kelompok kecil. Bekerjasama memberikan motivasi untuk mengembangkan keterampilan sosial dan keterampilan berpikir.[7]
Dari beberapa penyataan diatas dapat disimpulkan bahwa belajar dimulai dengan suatu masalah, masalah yang diberikan berhubungan dengan dunia nyata siswa, mengorganisasikan pelajaran diseputar masalah, memberikan tanggung jawab yang besar kepada pembelajaran dalam memebentuk dan menjalankan secara langsung proses belajar mereka sendiri, menggunakan kelompok kecil dan menuntut siswa mendemonstrasikan apa yang telah mereka pelajari dalam bentuk suatu produk atau kinerja.

B.     Langkah-langkah Model Problem Based Learning (PBL).
Ada beberapa cara menerapkan model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran. Secara umum penerapan model ini dimulai dengan adnya masalah yang harus dipecahkan oleh siswa. Masalah tersebut dapat berasal dari siswa atau guru. Siswa akan memusatkan pembelajaran di sekitar masalah tersebut, dengan arti lain, siswa belajar teori dan metode ilmiah agar dapat memecahkan maslah yang menjadi pusat perhatiannya. Pemecahan masalah dalam model ini harus sesuai dengan langkah-langkah metode ilmiah.
Tahap model Problem Based Learning (PBL) adalah sebagai berikut :
Tahap 1 :   Orientasi siswa terhadap masalah
                  Pada tahap ini guru mengarahkan kepada siswa bahwa tujuan pembelajaran tidak untuk memperoleh informasi baru dalam jumlah yang besar, tetapi disini siswa dituntut untuk melakukan penyelidikan terhadap suatu masalah agar siswa tahu bagaimana cara menyajikan masalah suatu materi. Guru mengajukan masalah dan  meminta siswa untuk mencermati masalah tersebut. Selanjunya guru meminta siswa untuk mengemungkakan teori dan ide yang dapat digunakan dalam memecahkan masalah tersebut.
Tahap 2 :   Mengorganisasi siswa untuk belajar.
                  Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk memecahkan suatu permasalah dengan cara bekerja sama satu dengan yang lain. Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang bervariasi, masing-masing kelompok beranggotakan 4-5 orang.
Tahap 3 :   Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
                              Pada tahap ini guru membimbing siswa saat melakukan eksperimen terhadap suatu permasalahan, siswa diarahkan untuk melakukan penyelidikan guna mendapatkan informasi mengenai maslah itu seperti apa dan bagaimana pemecahannya.
Siswa melakukan penyelidikan/pemecahan masalah secara bebas dalam kelompoknya.  Guru bertugas mendorong siswa mengumpulkan data melakukan eksperimen hingga mereka benar-benar mengerti permasalahannya. Tujuannya adalah agar siswa mampu mengumpulkan informasi yang cukup, diperlakukan untuk mengembangkan dan menyusun ide-ide mereka sendiri. Untuk itu guru harus lebih banyak tahu tentang masalah yang diajukan agar mampu membimbing siswa dan memberiikan berbagai informasi yang diperlukan siswa dalam memecahkan masalah tersebut.
Tahap 4 :   Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
                  Pada tahap ini guru membimbing siswa untuk mengembangkan hasil karyanya dari apa yang dikerjakannya ke dalam bentuk laporan atau vidio. Guru meminta salah seorang anggota kelompok untuk mempresentasikan hasil kerja kelompok dan membantu jika siswa mengalami kesulitan. Kegiatan ini berguna untuk mengetahui hasil sementara pemahaman dan penguasaan siswa terhadap materi yang disajikan.
Tahap 5 :   Menganalisis dan Mengevaluasi proses pemecahan masalah.
                  Pada tahap ini guru membantu siswa  menganalisis dan mengevaluasi proses berfikir siswa tentang pemecahan masalah yang telah dikerjakan. Sementara itu siswa menyusun kembali hasil pemikiran dan kegiatan yang dilalui pada setiap tahap pemecahan masalah.[8]

C.    Kelebihan dan kelemahan Model Problem Based Learning (PBL).
Sebagai suatu strategi pembelajaran, model Problem Based Learning (PBL) memiliki beberapa kelebihan/keunggulan, diantaranya :
1.      Merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih mamahami isi pelajaran
2.      Menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan untuk menentukan pengetahuan baru bagi siswa.
3.      Meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.
4.      Membantu siswa menyampaikan pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan nyata.
5.      Membantu siswa unutuk mengembangkan pengetahuan barunya dan bertanggungjawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
6.      Proses pembelajaran lebih menyenangkan dan disukai siswa.
7.      Mengembangkan kemampuan siswa untuk berfikir kritis.
8.      Memberikan kesempatan pada siswa untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka mereka miliki dalam dunia nyata.
9.      Mengenmbangkan minat siswa untuk secara terus menerus belajar.
Selain memiliki kelebihan/keunggulan, Problem Based Learning (PBL) juga memiliki kelemahan diantaranya :
1.      Ketika siswa tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka akan mersakan enggan untuk mencoba.
2.      Membutuhkan banyak waktu.
3.      Sering terjadi kesulitan dalam menemukan permasalahan yang ssesuai dengan tingkat pikiran siswa.
4.      Mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari semula yang belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkannya sendiri.[9]

D.    Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar merupakan tujuan akhir dilaksanakannya kegiatan pembelajaran disekolah, hasil belajar dapat ditingkatkan melalui usaha sadar yang dilakukan secara sistematis mengarah kepada perubahan yang positif disebut dengan proses belajar. Akhir dari proses belajar adalah perolehan suatu hasil belajar siswa.
Hasil belajar merupakan indikator keberhasilan yang dicapai siswa dalam usaha belajarnya. Menurut sudjana, hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajar.[10] Menurut Wahidmurni menjelaskan bahwa seseorang dapat dikatakan telah berhasil dalam belajar jika ia mampu menunjukkna adaanya perubahan dalam dirinya. Perubahan-perubahan tersebut diantaranya dari segi kemampuan berfikirnya, keterampilannya, atau sikapnya terhadap suatu objek.[11] Menuru E.Mulyasa, hasil belajar adalah nilai yang diperoleh siswa melalui tes setelah proses belajar.[12] Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu perubahan yang terjadi pada diri  siswa dari ilmu yang telah dipelajari baik itu berupa nilai maupun berupa ilmu pengetahuan yang melekat pada diri siswa. perubahan ini tidak hanya mengenai pengetahuan tetapi juga membentu kecakapan, kebiasaan, pengertian, penghargaan sikap, penguasan diri dalam pribadi yang belajar.

E.     Meningkatkan Hasil Belajar
Meningkatkan Hasil Belajar menurut Sutiono, usaha atau kegiatan yang dapat ditunjukkan dalam berbagai bentuk seperti perubahan pengetahuan, pemahaman, keterampilan, kecakapan, serta perubahan aspek-aspeklain yang ada pada individu yang belajar.[13] Menurut Hasan Alawi, meningkatkan adalah menaikkan derajat, taraf, dan mempertinggi.[14] Berdasarkan ketiga pendapat di atas dapat disimpulkan meningkatkan hasil belajar adalah usaha yang dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa yang lebih baik setelah proses pembelajaran dengan menggunakan Model Penerapan Pembelajaran Problem Based Learning (PBL).

F.     Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Dimyati, Faktor internal merupakan faktor dari dalam diri siswa itu sendiri.[15] Faktor internal yang dialami oleh siswa meliputi hal-hal seperti : sikap terhadap belajar, motovasi belajar, konsentrasi belajar, kemampuan mengolah bahan belajar, kemampuan menyimpan perolehan hasil belajar, kemampuan menggali hasil belajar yang tersimpat, kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, rasa percaya diri siswa, intelegensi dan keberhasilan belajar, kebiasaan belajar dan cita-cita siswa. Faktor-faktor internal ini akan menjadi masalah sejauh siswa tidak dapat menghasilkan tindak belajar yang menghasilkan hasil belajar yang baik.
Faktor internal ini terdiri dari dua golongan yaitu faktor fisiologis dan psikologis. Adapun yang termasuk faktor fisiologis yaitu kesehatan jasmani dan keadaan panca indra. Faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam, yaitu kesehatan jasmani dan keadaan faktor-faktor fisiologis ini masih dapat lagi dibedakan menjadi dua macam,yaitu kesehatan jasmani dan keadaan fungsi-fungsi fisiologi tertentu terutama fungsi panca indra.Sedangkan faktor psikologis yang mempengaruhi hasil belajar yaitu intelegensi atau kecerdasan,cara belajar,motivasi,minat,dan bakat.
Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri siswa yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.faktor eksternal meliputi beberapa hal-hal sebagai berikut,guru sebagai pembimbing belajar,prasarana dan sarana pembelajaran,kebijakan penilaian,lingkungan siswa di sekolah, dan kurikulum sekolah.

G.    Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel ( SPLDV )
Salah satu materi pembelajaran matematika di Sekolah Menengah Pertama adalah sistem persamaan linear dua variabel berikut penulis paparkan materi tersebut.
1.      Bentuk-bentuk sistem persamaan linear dua variabel
1)      Perbedaan PLDV dan SPLDV
a.       Persamaan linear dua variabel ( PLDV )
Persamaan linear dua variabel adalah persamaan yang memiliki dua variabel dan pangkat masing-masing variabelnya satu.Jika dua vari abel tersebut x dan y,maka PLDV-nya dapat di tuliskan:

b.      Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV )
SPLDV adalah suatu sistem persamaan yang terdiri atas dua persamaan linear ( PLDV ) dan setiap persamaan mempunyai dua variabel.Bentuk umum SPLDV adalah :
            
2)      Menyatakan suatu variabel dengan variabel lain pada persamaan linear.
Contoh:

Diketahui persamaan x + y = 5 , jika variabel x dinyatakan dalam variabel y menjadi :
 sehingga x + y = 5 sehingga x = 5 - y
  
3)      Mengenal variabel dengan koefesien pada SPLDV
Contoh:

4)      Akar dan bukan akar SPLDV
Dalam sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV ) terdapat pengganti-pengganti dari variabel sehingga kedua persamaan menjadi benar. Pengganti-pengganti variabel yang demikian disebut penyelesain atau akar dari persamaan linear dua variabel. Apabila pasangan pengganti menyebabkan salah satu atau kedua persamaan menjadi kalimat tidak benar disebut bukan penyelesaian atau bukan akar dari SPLDV tersebut.
Contoh:

2.      Penyelesaian SPLDV
Untuk menentukan penyelesaian atau akar dari SPLDV dapat ditentukan dengan 3 cara,yaitu metode grafik,metode substitusi,metode eliminasi.
1)      Metode grafik
Prinsip dari metode grafik yaitu mencari koordinat titik potong grafik dari kedua persamaan.Dari contoh di atas apabila dikerjakan dengan metode grafik sebagai berikut.


2)      Metode substitusi
Hal ini dilakukan dengan cara memasukkan atau mengganti salah satu variabel dengan variabel dengan persamaan kedua.
Contoh:
Tentukan persamaan dari SPLDV :  dan  dengan metode substitusi!
Jawab :

3)      Metode eliminasi
Caranya sebagai berikut:
a.       Menyamakan salah satu koefesien dan pasangan suku dua persamaan bilangan yang sesuai.
b.      Jika tanda pasangan suku sam,kedua persamaan dikurangkan.
c.        Jika tanda pasangan suku berbeda,kedua suku persamaan ditambahkan.
Contoh:

3.      Membuat model matematika dan menyelesaikan masalah sehari-hari yang melibatkan SPLDV.
Beberapa permasalahan dalam kehidupan sehari-hari dapat di selesaikan dengan perhitungan yang melibatkan sistem persamaan linear dua variabel. Permaslahan sehari-hari tersebut biasanya disajikan dalam bentuk soal cerita. Langkah-langkah menyelesaikan soal cerita sebagai berikut.
1.      Mengubah kalimat-kalimat pada soal cerita menjadi beberapa kalimat matematika (model matematika), sehingga membentuk sistem persamaan linear dua variabel.
2.      Menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel.
3.      Menggunakan pennyelesaian yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan pada soal cerita.
Contoh :
Ibu Hayati dan ibu Sofi berbelanja di pasar. Ibu hayati membeli 3 kg apel dan 4 kg jeruk dengan harga Rp 58.000,00. Ibu Sofi membeli 4 kg apel dan 3 kg jeruk dengan harga Rp 61.000,00. Tentukan harga 2 kg apel dan 3 kg jeruk!
Penyelesaiannya :
1.   

2.      Mencari himpunan penyelesaian




BAB III
METODE PENELITIAN
A.    Rencana Penelitian.
Penelitian memerlukan suatu rancangan penelitian yang tepat agar data yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan dan valid. Rancangan penelitian meliputi metode penelitian dan teknik pengumpulan data, metode merupakan cara yang digunakan untuk membahas dan meneliti masalah. Adapun pendekatan yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Arikunto “pendekatan kuantatif adalah dapat dilihat pada penggunaan angka-angka disaat pengumpulan data, penafsiran terhadap data dan penampilan dari hasilnya”.[17] Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode eksperimen. Quasi Eksperiment yaitu eksperimen semu.[18] Penelitian eksperimen merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada subjek.[19]
Dalam rancangan penelitian ini ada dua kelompok objek yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan model Problem based learning, sedangkan untuk kelas kontrol diajarkan tanpa menggunakan model Problem based Learning hanya menggunakan pembelajaran langsung. Rancangan penilitian dapat digambarkan sebagai berikut:
Rencana Penelitian
Subjek
Tes Awal
Perlakuan
Tes Akhir
Kelas Eksperimen
Xe
A
Ye
Kelas Kontrol
Xk 
O
Yk
Sumber: Rancangan Penelitian
Keterangan:
                  Xe Tes awal untuk kelas eksperimen
                  Xk Tes awal untuk kelas kontrol
                  Ye Tes akhir untuk kelas eksperimen
                  Yk Tes akhir untuk kelas kontrol
                   A : Perlakuan dengan menggunakan model Problem Based Learning untuk kelas eksperimen
O  :      perlakuan tanpa menggunakan model Problem Based Learning untuk kelas kontrol.
B.     Populasi Dan Sampel Penelitian.
Populasi merupakan keseluruhan dari objek penelitian. Penetapan populasi merupakan suatu hal yang sangat diperhatikan, karena penelitian itu sendiri bertujuan untuk mengambil kesimpulan tentang subjek secara keseluruhan. Menurut Suharsimi Arikunto, populasi adalah seluruh objek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.[20] Menurut Winarno Surachmad “populasi adalah subjek penelitian sedangkan sampel adalah cuplikan bagian objek yang akan diteliti yang dapat mewakili populasi tersebut”.[21] Berdasarkan kutipan ini, maka yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa kelas VIII SMPN 1 TAPAKTUAN. Peneliti mengambil dua kelas. sebagai sampel yang akan diteliti yaitu kelas VIII1  sebagai kelas eksperimen dan VIII2 sebagai kelas kontrol.
C.    Instrumennya Penelitian.
Keberhasilan penelitian banyak ditentukan oleh instrumen penelitian yang digunakan, sebab data yang diperoleh untuk menjawab pertanyaan penelitian (masalah). Adapun instrumen yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah:
1.      Perangkat pembelajaran
Perangkat pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), LKS, dan Buku Paket.
2.      Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen penelitian merupakan alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti yang lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.[22]  Adapun instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
a.       Lembaran Observasi.
Lembaran Observasi dalam penelitian ini terdiri dari : Lembaran Observasi aktivitas siswa dan Lembaran Observasi kemampuan guru mengajar. Kedua lembar observasi telah teruji validitasnya dan telah dikonsultasikan kepada dosen pembimbing dan guru matematika di sekolah.
b.      Soal Tes
Soal-soal tes yang diberikan kepada siswa adalah beberapa soal yang berbentuk soal uraian atau essay. Pemberian skor dalam bentuk soal tes ini dilakukan sesuai dengan kunci jawaban.
D.    Teknik Pengumpulan Data.
Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1.      Observasi (Pengamatan)
Observasi merupakan pengamatan keadaan objek yang akan diteliti. Observasi bertujuan untuk mengumpulkan data-data dalam sebuah penelitian. Dalam observasi ini, objek yang diamati adalah aktivitas siswa ketika berlangsungnya pembelajaran dan juga kemampuan guru dalam mengajar.
2.      Tes
Tes adalah serentetan pernyataan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan intelegensi, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.[23] Tes merupakan sejumlah soal yang diberikan kepada siswa untuk mendapatkan data yang kuantitatif guna mengetahui bagaimana hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning dalam Sistem Persamaan Linier Dua Variabel. Dalam hal ini digunakan dua kali tes yaitu :
a.       Pre Test (tes sebelum dilakukan pembelajaran eksperimen).
Tes yang diberikan kepada siswa sebelum dimulai kegiatan belajar-mengajar. Pre Test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum pembelajaran model Problem Based Learning.
b.      Post Test (tes setelah dilakukan pembelajaran eksperimen).
Tes yang diberikan kepada siswa setelah berlangsung proses pembelajaran. Post Test ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan siswa setelah pembelajaran dengan model Problem Based Learning.

E.     Teknik Analisis Data
Tahap penganalisaan data merupakan tahap yang paling penting dalam suatu penelitian, karena pada tahap inilah peneliti dapat merumuskan hasil-hasil penelitiannya. Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dengan menggunakan statistik  yang sesuai.
            Data yang diperoleh dari hasil penelitian diuji dengan menggunakan rumus uji-t, sebagaimana yang dikemukan oleh Sudjana yaitu :

1.1. Sudjana mengemukakan langkah-langkah untuk membuat daftar disstribusi frekuensi dengan panjang kelas yang sama yaitu:
a.         Menentukan rentang (R) ialah data terbesar dikurangi dat terkecil
b.         Menentukan banyak kelas interval dengan menggunakan aturan sturges      yaitu: banyak kelas = 1 + (3,3) log n
c.         Menentukan panjang kelas interval (p) dengan rumus:                                    

d.        Memilih ujung kelas bawah pertama, untuk ini bisa diambil data sama     dengan data terkecil atau data yang terkecil tetapi selisihnya harus dikurangi dati panjang kelas yang ditentukan.[25]

2.2. Menghitung rata-rata,digunakan rumus:          

Keterangan :  = rataan
                            xi = data ke i
                             fi = frekuensi data ke i
   = jumlah frekuensi data.[26]
3.      Menghitung varians, dapat digunakan rumus:

4.      Menghitung normalitas, digunakan statistik chi-kuadrat, seperti yang dikemukakan oleh Sudjana:



Uji normalitas data bertujuan untuk mengetahui apakah data dari masing-masing kelas dalam penelitian ini dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak, kriteria pengujian adalah tolak H0   (1- (k–1), dalam hal lain H0 diterima dengan .[28]
Homogen atau tidaknya varian-varian data kedua kelas yang diteliti, maka digunakan rumus sebagai berikut :



Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H0 : µ 1  Âµ 2
H1 : µ 1 > µ 2
Keterangan :
H0 : Tidak ada pengaruh terdapat perbedaan hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Tapaktuan yang diajarkan dengan mengunakan model Problem Based Learning dengan hasil belajar yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
H1 : Ada pengaruh hasil belajar siswa kelas VIII SMPN 1 Tapaktuan yang diajarkan dengan menggunakan model Problem Based Learning lebih baik dari pada hasil belajar yang diajarkan dengan pembelajaran konvensional.
Uji yang digunakan adalah uji pihak kanan, maka menurut Sudjana bahwa “kriteria pengujian yang berlaku adalah terima Ho jika thitung < ttabel, dalam hal lain tolak H0 dengan distribusi t adalah (n1 + n2 – 2) dengan α= 0,05”.[30]
          













[1] QS. Al-Mujadalah Ayat 11
[2] Ahmad Sabri, Strategi Belajar Mengajar, (Ciputat : Quantum Teaching, 2007), hal. 67.
[3] B.K. Normandiri, Matematika, (Jakarta : Erlangga, 2004), hal. 112
[4] Trianto,Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta :Kencana Prenada Media Group, 2009), hal.92.
[5] H. Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana, 2009), hal. 243
[6] Fitri Yunida, peningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model PROBLEM BASED LEARNING pada materi peluang dikelas XI MAN Kluet Aceh Selatan, Skripsi (Banda Aceh : Fakultas Tarbiah dan Keguruan Prodi pendidikan Matematika, 2011), hal 12.

[7] Tanwey Gerson Ratumanan, Belajar dan pembelajaran, (Ambon : UNESA University Press, 2004), hal. 148
[8] Rahmah Johar, dkk, Modul Strategi Belajar Mengajar, (Banda Aceh : Unsiyah, 2006), hal. 46
[9] Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, (Jakarta : Kencana Prenada Media Grup, 2008), hal.112
[10] Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Ramaja Roesdakarya, 2010), hal. 22
[11] Wahidmurni, dkk., Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik, (Yokyakarta : Nuha Letera, 2010), hal.18
[12] E. Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi,(Bandung : Remaja Rosda Karya, 2004), hal. 102.
[13] Sutiono, Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIA SMP 1 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Pokok Teorema Phytagoras Melalui Implementasi Pendekatan Konstektual, Skripsi (Semarang : Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri, 2007), hal. 17
[14] Hasan Alawi, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), hal. 360
[15] Dimyati, Belajar Pembelajaran, (Jakarta : Asdi Mahastya,2002), hal. 33
[16] Zikri mutia hayati, Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Siswa Kelas X SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar, Skripsi (Banda Aceh : Fakultas Tarbiah dan Keguruan Prodi pendidikan Matematika, 2009), hal 27.


[17] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian dan  Suatu pendekatan Praktik, (Jakarta : Rineka Cipta,2010), hal. 27.
[18] Maulidia, Peningkatkan Kemampuan Berfikir kritis Siswa Melalui Model problem basedlearning di kelas XI-MIA 1 SMAN 5 Banda Aceh, Skripsi (Banda Aceh : Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry, 2015), hal. 29.
[19]  Suharsimi Arikunto, Menajemen Penelitian, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), hal 207.
[20] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010),Hal 108.

[21] Winarno Surachmad, Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik (Bandung: Tarsito, 2006), hal. 93.

[22] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,…, hal. 160.
[23] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian,…, hal. 193.
[24] Sudjana, Metode Statistik Edisi VI, (Bandung: Tarsito, 2005),  hal. 239.
[25] Sudjana, Metode..., hal. 47. 
[26] Sudjana, Metode..., hal. 46. 

[27] Sudjana, Metode Statistik,...,hal.273.


[28] Sudjana, Metode Statistik,... ,hal. 273.
[29] Sudjana, Metode Statistik,..., hal. 251.
[30] Sudjana, Metoda Statiska,...,273.



DAFTAR PUSTAKA
Alawi Hasan. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka.
Arikunto Suharsimi. 2007. Menajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
Arikunto Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka
Cipta.
Dimyati. 2002. Belajar Pembelajaran. Jakarta: Asdi Mahastya.
Hayati Mutia Zikri. 2009. Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal-Soal Sistem
Persamaan Linear Dua Variabel Siswa Kelas X SMAN 1 Indrapuri Aceh Besar. Skripsi.Banda Aceh: Fakultas Tarbiah dan Keguruan Prodi pendidikan Matematika.
Johar Rahmah, dkk. 2006. Modul Strategi Belajar Mengajar. Banda Aceh: Unsiyah.
Maulidia. 2015. Peningkatkan Kemampuan Berfikir kritis Siswa Melalui Model problem
basedlearning di kelas XI-MIA 1 SMAN 5 Banda Aceh. Skripsi. Banda Aceh: Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry.
Mulyasa. E.  2004. Kurikulum Berbasis Kompetensi. Bandung : Remaja Rosda Karya.
Nata Abuddin H. 2009. Perspektif Islam tentang Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Normandiri B.K. 2004. Matematika. Jakarta: Erlangga.
QS. Al-Mujadalah Ayat 11
Ratumanan Gerson Tanwey. 2004. Belajar dan Pembelajaran. Ambon: Unesa University Press.
Sabri Ahmad. 2007. Strategi Belajar Mengajar. Ciputat: Quantum Teaching.
Sanjaya Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Surachmad Winarno. 2006. Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metode Tehnik. Bandung: Tarsito.

Jakarta: Kencana Prenada Media Grup.
Sudjana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Ramaja Roesdakarya.
Sudjana. 2005. Metoda Statistik Edisi VI. Bandung: Tarsito.                                                      
Sutiono. 2007. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas VIIIA SMP 1 Bae Kudus Tahun Pelajaran 2006/2007 Pada Materi Pokok Teorema Phytagoras Melalui Implementasi Pendekatan Konstektual. Skripsi. Semarang: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri.
Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Wahidmurni, dkk. 2010. Evaluasi Pembelajaran: Kompetensi dan Praktik. Yokyakarta: Nuha Letera.
Yunida Fitri. 2011. peningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan model PROBLEM BASED LEARNING pada materi peluang dikelas XI MAN Kluet Aceh Selatan. Skripsi. Banda Aceh : Fakultas Tarbiah dan Keguruan Prodi pendidikan Matematika.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 
BLOGGER TEMPLATE BY SEPINDRA SAFRIAN